SELAMAT DATANG DI MADING ROSIS SMAN 1 BARRU

SELAMAT DATANG DI MADING ROKSIS SMA NEGERI 1 BARRU

Kamis, 16 April 2015

Cerpen : Cintaku Ditunda Hingga 12 Februari oleh Ismail



CINTAKU DITUNDA HINGGA 12 FEBRUARI
Ismail
Hangatnya sang mentari mengantarku menapaki lorong sempit tepat di depan rumah, jalan yang seolah setia menerima kehadiranku untuk tetap berlalu dengan iringan kendaraan yang berlalu lalang juga. Saat ini, aku “Toni” sosok “Penulis yang Tak terkenal” begitu orang menyebutku. Entah itu merupakan sebuah doa atau sapaan belaka yang merespon realita lika liku kehidupanku. Untuk kali ini aku akan membawakan sebuah cerita. Cerita yang mungkin dapat kita jadikan pelajaran dalam urusan cinta. Entah itu cinta sejati atau sekedar monyet-monyetan iringan masa remaja putih abu-abu. Entah... anda yang berhak menjawab.
 Kuayuhkan sepeda sekitar 15 menit menuju sebuah gedung tingkat dua tempatku kini menuntut ilmu. Setelah kuparkirkan kendaraan kesukaanku itu, kurapikan tas ransel serta seragam, tak lupa pula mata keduaku. (baca: kacamata) akupun beranjak. Menyusuri koridor menuju ruang kelas bukan hal baru untukku, namun untuk sekedar berlalu serta mendapat sorotan mata dari orang-orang sekitar bagiku itu sebuah hal berat. Aku masih terlalu ragu untuk membalas tatapan atau bahkan senyum mereka, bukan berarti aku sombong atau bahkan takut. Bagiku itu berat saja. Aku tiba disebuah ruangan yang menghentikan langkahku, ruang dengan pintu tertutup seakan menggambarkan filosofi masa lalu ku, masa dimana aku juga anggota dari komunitas sekolah itu, yakni “Seni Musik” namun sekarang tak lagi, insiden itu membuatku menyimpan kebencian pada musik. Kebencian yang kini masih terurai dalam hatiku. Rasanya kalau mengingatnya lagi serasa begitu perih.
“Hentikan...!!!” Fikiranku menggubris, keningku mengkerut, mungkin ada benarnya, sebab aku juga berjanji untuk berhenti mengingatnya lagi, namun acapkali ku berusaha melupakan, sebuah ingatan terkadang lebih kuat untuk menyadarkan. Semangatku seketika runtuh.
“Hei... Ngapain kamu disini? Kekelas yuk !”
Gertakan dipundak menyadarkanku untuk menghentikan kenangan dari masa lalu itu. Dan menuju kekelas bersama Nino teman sebangku ku. Ia teman, sasaran untuk segala keluh kesahku yang mampu menguburnya dalam-dalam, bukan berarti dia ahli kubur, namun ia benar benar sosok sahabat terbaik seolah saudara bagiku.
“Kring...!!! Kring... !!! Kring... !!!”
Bel berbunyi, pelajaran pertama di mulai. Semuanya keluar, bukan berarti tak mau belajar, namun pagi ini ada pelajaran “Musik”.
“Apa? Musik???”
Hatiku menggertak, rasanya baru kemarin aku belajar pelajaran itu, namun ternyata seminggu terulang kembali, pelajaran yang ku benci namun sangat kurindukan. Semua teman sekelasku duduk di tempat masing-masing, aku berdiri di sudut pintu,  aku masih menerka tempat penuh dengan kenangan ini. Nino memanggilku, tepat di sudut bagian depan. Akupun duduk disampingnya pelan, tak lama kemudian, guru bidang studi pun membagi kami dalam kelompok ntah ini nyata atau hanya cerita belaka, aku sekelompok dengan Tania, Isma, Nino, dan Anggi. Tergabung dalam kelompok yang namanya arransement, kami menyebutnya TINTA Arransement.
“T untuk aku Toni, I untuk Isma, N untuk Nino, T untuk Tania dan A untuk kali ini Anggi, padahal dulu “Anna”. Kenapa sekarang Tidak? Dimana Anna?” Bathinku
Kelompok ini benar-benar telah meng-arransement ku pagi ini, aku sangat heran, ini benar-benar aneh, aku tak tahu apakah masa lalu kini terulang kembali. Apa yang terjadi pagi ini benar-benar mengingtakanku tentang kisahku setahun lalu.
Flashback
            “.... Keputusan saya, yang mendapat kesempatan itu, Toni, Isma, Nino, Tania, dan Anna. Toni vokalis Puta dan Anna untuk Putrinya. Saya rasa itu yang perlu saya sampaikan, semoga Tim Musik kita dapat memperoleh juara tahun ini”
Pak Tria selesai menyampaikan informasinya kepada seluruh anggota Seni Musik Sekolah. Siswa yang namanya telah disebutkan megggambarkan wajah-wajah gembira, terutama aku. Bagaimana tidak, kamilah yang terbilang orang-orang beruntung mendapat kesempatan mewakili nama sekolah.
Kini semua sibuk latihan, kami mempersiapkan diri sematang-matangnya pasalnya hari semakin menggulung mendekati hari yang dimaksud.
“3 hari lagi... !!!”
Semua menghela nafas panjang, terus latihan dan mencoba berulang kali, Aku serta Anna begitu menghayati lagu yang kami bawakan. Sebuah lagu karya kami sendiri, lirik yang menyatakan sebuah hubungan terpaksa terhenti. Aku  menatap mata Anna. Saat itu pula lah benih cinta tumbuh di hatiku. Anna seakan memberiku harapan, namun ku masih ragu untuk menyatakan perasaan ini dan fokus untuk lomba.
Sorak sorai atas sebuah lomba seni terdegar riuh bersemangat, sejauh ini penampilan terbaik dari seluruh peserta membuat suasana semakin memanas, hingga Team Sekolahku pun bersiap memberikan penampilan terbaik kami.
Setelah berdoa dan menghela nafas, kami naik ke panggung, menaiki beberapa anak tangga hingga berada di posisi masing-masing. Mentari hangat, udara sejuk dan angin sepoi. Petikan gitar oleh tangan terampil Nino memulai penampilan, Suara merduhku dan Anna membuat para hadirin terpukau, alunan musik slow yang kami tampilkan membuat suasana tenang, ending lirik memaksa Anna harus meneteskan air mata sekaligus menutup penampilan spektakuler kami.

Hari ini benar hari bahagiaku
Hari dimana aku harus beranjak pergi
Meninggalkanmu sendiri tanpa ragaku
Namun kusyukuri detik ini ku sempat melihat kedipanmu.

Semua bertepuk tangan, ada pula yang menghapus air mata terharu karena lirik dan penjiwaan vokal dari kami begitu dalam, nyanyian ini seolah mengetuk pintu hati semuanya, mengubah suasana panas sedari tadi menjadi lebih tenang.
Pengujung acara, pemenang lomba pun akan di umumkan, MC membuka amplop bertuliskan pemenang, suasana menjadi tegang, juara tiga dan dua telah disebutkan, kini saatnya yang juara satu, Tania membuka mulut.
“Hm... Tak mungkin itu kita”
Semua mengiakan, seolah pesisimis akan penampilan yang telah kami bawakan tadi.
“Selamat untuk S...M...A...... Suka Jaya, Juara satu untuk Lomba Musik Abu-abu tahun ini... !!!”
Aku terbelalak, teman-temanku berteriak kencang, meloncat dan mati gaya, Anna memelukku kencang, nafas ini rasanya putus. Namun ada yang aneh, pelukannya membuatku bingung atas perasaan barusan. Kami naik kepanggung menerima piala dan hadiah. Rasa bahagia tentunya mengukir di wajah kami, kenyataan ini mengubah persepsi pesimis tadi menjadi sesuatu yang luar biasa senangnya. Tenyata, usaha yang berat kemarin yang kami lalui berujung manis saat ini. Kamipun berpelukan menuai kebahagiaan bersama atas kemenangan itu.
Waktu terus berputar, kebersamaan kami menjadi sebuah persahabatan yang erat. Semua karena musik, musiklah yang mempersatukan kami dan mempersatukan hatiku dengan Anna yang merupakan kenyataan yang tak akan terjadi (baca : Khayalan). Hari terus berganti lamban, rasa ini terus merekah dalam relung hatiku, rasanya ingin tumpah dan menempatkannya pada tempat yang sebenarnya yakni di hati Anna.
“Tembak aja, Ton. Kalau beneran cinta segera maju, kalau tidak silahkan minggir beri jalan buat yang lain.”
Benar yang dikatakan Nino, saat ini kuharus bertindak, ku harus mengungkapkan perasaan ini dan kuyakin kebersamaanku dengan Anna kelak akan menabur kebahagian di jalan hidup kami berdua.
***
Waktu terus bergulir, namun kehadiran Anna tak kunjung datang. Kemana dia? Tak hadirnya serasa membuat duniaku kosong. Hingga kesabaranku pun pupus setelah melihatnya kembali, perasaanku mulai agak tenang. Kini saatnya kuharus mengungkapkan perasaan ini. 05 Februari, Tepat di ruang seni, ku memulai pembicaraan dengan menyanyikan lagu kesukaan Anna, “Aku dan perasaan ini” dari Repvblik, hingga kata sederhana yang romantis itu kuucapkan, setangkai bunga menjadi pengantarku untuk benar-benar menyatakan perasaanku.
“Na, ku semakin sakit dengan rasa ini, ketukan dari hatiku memintaku untuk segara mengungkapkan bahwa aku sangat menyukaimu, will you be my girlfriend?”
Anna hanya terdiam, menunduk tak sedikitpun menatapku.
“Bukan berarti aku menolakmu beri aku waktu untuk menjawabnya seminggu lagi. Beri aku waktu”
Anna pergi berlalu, sedang aku hanya terdiam dan tak sanggun berkata-kata lagi, mungkin aku harus bersabar lagi. Cinta butuh waktu dan proses, jadi bersabarlah.
Hari telah berputar tujuh kali, jawaban singkat dari Anna pun akan menjawab teka-teki cinta pertamaku ini. Baru kusadari, begitu istimewanya cinta ini hingga harus ditunda hingga 12 Februari hari ini. Hari yang berkesan,  Kumenuju ke ruang musik, bernyanyi kecil dan bermain piano. Namun, kehadirannya yang ku tunggu itu tak kunjung datang, aku cemas dan mencoba mencari tentang dimana keberadaannya saat ini, dunia seakan tutup mulut dan bertingkah bodoh seolah tak mengerti, kesabaranku telah habis rasa cinta itu telah perlahan pupus. Sudah terlalu lama kumenunggu, haruskah ku menantikan cinta yang tak kunjung datang itu?
Setelah kejadian itu, aku sangat membenci musik, bagiku musik tak seindah alunan yang aku dengar selama ini, musik yang ku kenal telah mempertemukan ku dengan cinta itu dan tak mampu untuk menyatukan. Hidup yang kujalani ini laksana musik tanpa lirik, atau bahkan dentuman yang hanya di dengar tiada arah. Kehidupan cintaku mengubah persepsi baikku terhadap musik sejak cintaku ditunda hingga 12 Februari ini. Para sahabatku pun hanya menutup rapat-rapat tentang kematian Anna yang penuh misteri tanpa sepengetahuanku. Kini ku hidup tanpa arah, kuhanya mengikuti arah kaki melangkah, laksana benang halus yang terhempas tiada arah. Semoga Tuhan menyaksikan betapa kelamnya hidup ku ini. Dan menyadiakanku sebidang tempat untukku bahagi kelak.
TAMAT




Langkah pelan ku hentikan sejenak, memandang sudut sudut gedung tempat kakiku kini melangkah. Tiada yang berbeda, suana koridor ini sama sejak sebulan lalu ku tinggalkan, entah kemana. Sehari bagaikan sebulan, sebulan bagaikan setahun. Begitulah sebuah kerinduan. Keadaan sakit memaksaku untuk meninggalkan semua aktivitasku dengan cukup berbaring sesekali duduk sejenak. Kesehatan benar-benar harta tiada harga, keadaan yang memilukan membuatku sengsara. Kini itu seakan menjadi lembaran yang akan mengingatkanku di kemudian. Inilah hidup.
Kehadiranku di tempat ini membuatku tak yakin dan tak percaya.  Langkah ini kuragukan,  selama beberapa minggu menyadarkanku akan kehadiran dalam sebuah kebersamaanku. Aku tak yakin, apakah dunia masih mengenalku?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga Bermanfaat
Semoga Hari Ini Lebih Baik Daripada Hari Kemarin

Redaksi Obrolan Kreatif Siswa Inovatif Smabar

Wavy Tail

Welcome to SMA Negeri 1 Barru



Animation


Selamat Menjelajah ....
Semoga Bermanfaat yah !!!











Animation

libr

Wavy Tail