Kado
terindah untuk Mila
Meilani Yahya
Sinar mentari pagi menyapa hari yang cerah dengan cahayanya yang
kuning keemasan, Mila terbangun ketika kain penutup jendelanya dibuka oleh
ibunya. Setelah melihat jam yang menunjukkan jam 7 pagi, Mila bergegas ke kamar
mandi. Dia lupa kalau hari ini dia ada janji untuk bertemu dengan sahabatnya
yang baru pindah dari Bandung.
***
Sesampainya
di taman tidak ada seorang pun di sana kecuali Mila.
“Loh, kok sepi banget, Farid mana yah?” katanya sambil melihat
di sekeliling taman.
Farid adalah sahabat Mila dari kecil
tetapi semenjak lulus SMP Farid melanjutkan sekolahnya di Bandung. Sedangkan
Mila tetap melanjutkan jenjang pendidikan SMAnya di Jakarta.
Tiba-tiba
ada yang menutup mata Mila dari belakang dan dia adalah Farid.
“Kamu dari mana aja sih, ditungguin lama banget?” tanya Farid
agak kesal.
“Kamu sendiri dari mana? Kok tiba-tiba muncul dari belakang?”
ujarnya bingung
“Astaga.. bukannya dijawab, malah balik nanya, tadi aku sengaja
sembunyi di balik semak-semak itu” jawab Farid sambil nunjuk semak-semak tempat
dia bersembunyi.
“Aku tuh kangen banget tau’ sama kamu !” ujar Mila.
“Aku juga kangen sama kamu, sahabatku yang paling baik,!” kata Farid sambil nyubit pipi Mila.
***
Keesokan harinya, di sekolah. Mila memperkenalkan Farid dengan
Nayla, Nayla adalah sahabat Mila.
“Wah.. jadi ini yang namanya Farid, ternyata aslinya lebih
ganteng yah dari pada fotonya.” ujar Nayla sahabat Mila.
“Loh.. emangnya kamu pernah ngeliat foto aku?” tanya Farid
dengan wajah keheranan.
“Yaiyalah
lagian Mila sering cerita ke aku tentang kamu..” jawab Nayla sambil nyenggol
Mila.
Mila tidak berkata
apapun, dia hanya diam sambil tersenyum tersipu malu. Saat jam istirahat, Mila, Nayla, dan Farid ke
kantin, mereka bertiga mengobrol dengan asyiknya, kini sekarang Mila mempunyai dua sahabat dan
Mila berharap kedua sahabatnya itu akan selalu ada di sampingnya saat dia
senang maupun sedih. Mila terkesan sebagai anak yang baik, pintar, berbakti,
dan teladan. Saat pulang sekolah, Mila pulang bareng Farid, karena kebetulan
rumah mereka searah.
***
Sesampainya di rumah, Mila segera membuka pintu rumahnya, dan
menuju ke kamarnya lalu ia merebahkan tubuhnya di kasur springbed yang empuk,
sambil memeluk boneka kesayangannya.
“Gak nyangka bisa
bareng-bareng sama Farid lagi, semoga dia tidak berubah dan masih seperti Farid
yang dulu..!” gumamnya dalam hati sambil senyum-senyum sendiri.
Lamunan
Mila tiba-tiba buyar seketika ponselnya berdering. Mila kaget dan bergegas
melihat pesan singkat di ponselnya.
“Nanti sore kita ketemuan yuk... di
taman dekat kompleks! (Farid).” isi pesan dari Farid.
Spontan
Mila langsung bangun mengganti pakaiannya dan berdandan secantik mungkin supaya
terlihat cantik di mata sahabatnya itu.
“Hay..!” sapa Farid.
Mila hanya menjawab dengan senyumannya yang
manis.
“Setelah sekian lama kita
nggak bertemu, ternyata kamu makin cantik yah, apalagi kalau senyum..” rayu
Farid.
“Mmm... ” Mila terdiam. “Jadi malu,
nih....” ujarnya sambil tersipu malu.
Ditengah
obrolan Farid dengan Mila tiba-tiba Nayla datang.
“Ciee... yang lagi berduaan.” kata Nayla yang tiba-tiba nongol
dari belakang.
“Hay Nay gabung yuk” ujar Farid.
“Aku boleh gabung gak
Mil?” tanya Nayla.
“Yaa.. Why not? Boleh,
kok.!” jawab Mila walau agak kesal dengan kehadiran Nayla.
***
Setiap hari Farid selalu menjemput Mila dan mengantar Mila
pulang. Tapi untuk hari ini Farid tidak menjemput Mila. Akhirnya, Mila ke
sekolah menggunakan taksi.
Setibanya di sekolah,
“Farid mana yah?” gumam Mila sambil melihat sekeliling.
Mila pun bertemu dengan Nayla “Nay, kamu
ngeliat Farid gak?” tanya Mila dengan wajah yang agak cemas.
“Bukannya kamu selalu
bareng sama Farid,? Seharusnya kamu dong yang tahu keberadaannya Farid..!“
jawab Nayla lalu pergi meninggalkan Mila.
“Ihh.. tuh anak nyebelin banget sih, bukannya ngebantuin aku
nyariin Farid malah pergi.” kata Mila dengan nada kesal.
***
Sepulang sekolah, Mila ke rumah Farid tapi tidak ada seorang pun
di sana.
“Kamu ke mana sih Farid, hari ini gak
masuk, ditelpon gak diangkat, disms gak bibalas, di rumah gak ada??” bertanya
dalam hati.
Seharian Mila mencari Farid namun tak ada kabar dari dia.
***
Keesokan harinya, Farid sudah masuk sekolah.
“Farid kemarin kamu dari mana aja? Aku
telpon kamu tapi gak diangkat, aku sms gak dibales, bahkan aku ke rumah kamu
tapi kamunya gak ada??” tanya Mila sambil ngos-ngosan.
Farid
tidak menjawab dia hanya diam.
“Kamu kenapa sih Farid? Kalau ada
masalah cerita dong sama aku...!”
Lagi-lagi Farid tidak menggubris ucapan Mila, dia hanya diam dan
pergi berlalu meninggalkan Mila. Namun, Mila tetap mengejar dan mengikuti Farid
sambil terus bertanya tentang keadaan Farid. Tapi Farid hanya terus terdiam dan
menghiraukan Mila.
Tiba-tiba Nayla datang,
“Sabar yah Mil, mungkin Farid pengen sendiri..” ujar Nayla
berusaha menenangkan sahabatnya itu yang sedari tadi khawatir dengan keadaan
Farid.
“Iya aku bisa ngerti kok tapi kenapa dia sampai segitunya ke
aku, ngeliat aku aja dia gak mau.. aku salah apa??” kata Mila sambil nangis.
“Udah.. jangan nangis dong,! kan jelek kelihatannya kalau kamu
nangis di sekolah, diliatin ama teman-teman tuh..!”
Seharian ini Mila dan Farid tidak pernah berkomunikasi seperti
halnya mereka berdua tidak saling kenal.
Tetapi pada saat pulang sekolah Mila melihat Farid dan Nayla berduaan di
belakang gerbang sekolah, Mila berpikir mungkin Farid sedang membicarakan
masalahnya ke Nayla, Mila melihat Farid dan Nayla dari arah yang cukup jauh.
Kemudian dia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya,
ternyata sudah jam dua lewat lima belas menit, ia pun segera pulang menggunakan
taksi.
***
Sesampainya di rumah, Mila segera menghubungi Nayla,
“Hallo.. Nay!” dengan
suara yang agak pelan.
“Yahh.. kenapa mil?”
“Tadi aku ngeliat kamu berduaan sama farid, memangnya apa aja
yang kalian bicarain?” tanya Mila dengan rasa penasaran.
“Owhh.. masalah itu aku gak berani bilang ke kamu”
“Kenapa???”
“Farid ngelarang aku cerita masalah ini ke orang lain..!”
“Nay, aku ini kan bukan orang lain? Aku tuh sahabat kamu! dan
aku ini juga sahabat Farid, apa salahnya sih kalau kamu cerita ama aku?”
“Sorry Mil tapi aku udah terlanjur janji sama Farid untuk tidak
menceritakan hal ini ke orang lain, termasuk kamu...”
“Ohh.. jadi sekarang Farid itu udah gak menganggap aku sebagai
sahabatnya lagi, dan menganggap aku sebagai orang lain yang tidak pantas untuk
tahu masalahnya dia?? Ok, fine...” (menutup telfonnya)
“Bukan begitu Mil tapi...” terpotong (tuutt...tutt...tutt)
Mila lalu melemparkan ponselnya di atas tempat tidur, lalu
merebahkan tubuhnya dan memeluk bantal
berbentuk hati kesayangannya, sesekali dahinya mengerut ada sesuatu yang
terpikirkan olehnya. Karena saking kerasnya dia berpikir akhirnya rasa kantuk
membuat dia terlelap.
***
Keesokan harinya, Farid dan Nayla terlihat sedang asyik ngobrol
di kelas seakan tidak terjadi apa-apa sementara Mila hanya duduk terdiam
memendam segala kekesalannya. Akhir-akhir ini, Farid dan Nayla berubah mereka
berdua bukan sahabat Mila yang dulu lagi, Farid dan Nayla selalu jalan berdua,
ke kantin berdua, ke perpus berdua, tanpa pernah memikirkan perasaan Mila. Jam
istirahat Mila berjalan seorang diri menelusuri setiap ruang kelas dan berakhir
di kantin, dia memilih duduk di sebelah pojok kanan bersama teman-temannya yang lain, sedangkan Farid dan Nayla duduk di
sebelah pojok kiri.
“Kok kamu gak pernah lagi gabung sama Nayla dan Farid?” kata
salah seorang temannya.
“Enggak papa kok Cuma mau sendiri aja dulu!” Mila terpaksa
berbohong karena tidak ingin teman-temannya tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Kemarin aku ngeliat Nayla dan Farid lagi jalan-jalan di mall
loh..!”
“Masa’ sih?? mungkin kamu salah liat!”
“Enggak mungkin, jelas-jelas aku ngeliat Nayla lagi pilih-pilih
baju, terus kayaknya Farid cuma nemenin gitu. ”
Setelah Mila mendengar ucapan dari temannya itu tentu saja ia
merasa kaget, lalu pergi menghampiri Nayla dan Farid.
“ Nay aku mau bicara sebentar sama kamu!!!” sambil menarik
tangan Nayla
“Sakit Mil, emang apa sih yang mau kamu bicarain?”
“Kenapa sih akhir-akhir ini kamu selalu menghindar dari aku?”
“Bukannya kamu yang menghindar dari aku dan Farid?”
“Bukan berarti Farid nyuekin aku, trus kamu bisa seenaknya
deketin dia...!”
“Memangnya kenapa? Masalah yah buat kamu?”
“ Iya masalah banget buat aku, aku gak suka ngeliat kamu jalan
berdua sama Farid!”
“Hahahaha... Kenapa?? kamu cemburu??”
“Aku tahu kok kamu itu naksir kan sama Farid, makanya kamu
ngambil kesempatan dalam kesempitan!”
“Farid itu kan hanya sekedar teman dekat kamu, gak lebih. So,
apa salahnya sih kalau aku ngedeketin Farid?”
“Munafik....!”
“Kamu yang munafik! dulu kamu bilang kalau Farid hanya sahabat
kamu tapi apa? ternyata diam-diam kamu nyimpan perasaan yang lebih.”
“Aku memang suka sama Farid tapi aku gak mau kalau Farid tahu
tentang perasaan ku ini karena aku takut persahabatan aku dan dia jadi hancur.!
Puas kamu??!”
“ Tapi kasian banget yah.. persahabatan kalian kayaknya udah
hancur dan Farid gak bakalan tahu tentang perasaan kamu ke dia.!”
“Aku gak peduli dia mau tahu atau tidak, yang harus aku pikirkan
adalah persahabatan aku dengan dia.”
“Udahlah buang-buang waktu ngebahas soal ini!”
“Kamu berubah Nay, kamu bukan Nayla yang dulu! Aku kira kamu
sahabat yang baik tapi ternyata kamu itu teman yang licik.!”
“Terserah deh apa kata lo..! Emang gue pikirin!!!” Nayla lalu
pergi meninggalkan Mila
***
Sepulang sekolah, Mila sengaja menunggu Farid di parkiran,
tempat di mana Farid memarkir motornya. Hampir setengah jam Mila menunggu,
akhirnya Farid datang dan dia bersama Nayla menuju ke arah parkiran. Namun
langkah mereka terhenti ketika melihat Mila di sana.
“Farid aku mau bicara sama kamu!”
“Farid buru-buru, dia gak ada waktu ngurusin kamu.” ujar Nayla
“Aku bicara sama Farid bukan sama kamu!” tegas Mila sambil
mengejar Farid dan Nayla.
“Tapi sekarang aku sebagai juru bicara Farid karena Farid gak
mau bicara lagi sama kamu!”
“Tapi ini penting...!”
“Udahlah Farid gak usah mikirin dia, mending sekarang kita
pulang!” ajak Nayla
Farid dan Nayla pun pulang, tanpa memikirkan perasaan Mila. Mila
benar-benar kecewa dengan kedua sahabatnya itu dia tak menyangka Farid dan
Nayla begitu cepat berubah. Sambil terus bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya
apa yang membuat sahabat-sahabatnya itu
bersikap demikian. Sekarang Mila sudah kehilangan kedua sahabatnya itu, dia ditinggal
seorang diri di lorong sekolah yang sepi. Akhirnya, Mila pulang mengendarai
angkot dia merasa sangat kesepian duduk sendirian di dalam angkot yang terasa
sangat panasss... banget kayak lagi mandi uap di tambah saat itu macet, Mila
mencari pemandangan indah yang bisa membuatnya mengalihkan pandangan dari macet
dan melupakan segala pikiran yang ada di benaknya sekarang, mila mengalihkan
pandangan ke depan dan melihat ada sebuah toko buku, tanpa banyak mikir lagi
Mila segera turun dari angkot dan berjalan menuju toko tersebut.
Di dalam toko, hembusan AC menerpa wajahnya sambil memperhatikan toko
yang menyediakan beragam buku bacaan itu, Mila pun membeli buku yang menurutnya amat sangat menarik, kemudian
Mila beranjak ke tempat pembayaran untung harga bukunya gak mahal-mahal banget
karena Mila hanya membawa sedikit uang. Saat ingin keluar dari toko buku
tersebut Mila tiba-tiba berpapasan dengan Farid, Mila memandang Farid dan
tersenyum lebar tapi Farid hanya memasang muka yang cuek. Mila lalu membuka pintu
dan berlari keluar dengan perasaan kecewa dan dia balik lagi ke angkot yang
panas dan penuh sesak.
***
Sesampainya di rumah, Mila segera ganti baju, shalat dhuhur dan
makan siang lalu duduk di tepi tempat tidurnya membuka buku yang baru ia beli
tadi.
“Mila..... Mila......”
Terdengar suara panggilan mama Mila dari luar, dia segera keluar
dari kamarnya.
“Iya Ma.. ada apa?”
“Sayang... hari ini mama dan papa ingin mengajak kamu ke suatu
tempat”
“Ke mana Ma..?”
“Nanti juga kamu tahu, pokoknya sekarang kamu ganti baju dulu
dan dandan secantik mungkin!”
“Tapi Ma,...” terpotong
“Gak ada tapi-tapian sekarang kamu harus siap-siap karena
sebentar lagi kita akan berangkat...!”
Sebenarnya hari ini Mila malas untuk keluar rumah dia lebih
memilih untuk tetap tinggal di rumah membaca buku yang ia beli di toko buku
tadi, tapi dengan terpaksa Mila harus menuruti kemauan mamanya, karena Mila
termasuk anak yang penurut.
***
“Ma.. sebenarnya kita mau kemana? Kenapa mata aku harus ditutup
sih...?” tanya Mila yang agak bingung.
“Sudah, jangan banyak tanya sekarang kamu ikut mama dan papa...”
mama dan papa Mila menuntun Mila berjalan menuju suatu tempat. Sesampainya di
sana mama Mila membuka penutup mata Mila tapi belum mengijinkan Mila untuk
membuka matanya.
“Kita ada dimana sih ma? Kenapa aku gak boleh liat?”
“Sudah, mama bilang kan jangan banyak nanya, tunggu perintah
dari mama baru kamu buka mata kamu..!”
Beberapa saat kemudian, Mila membuka matanya tapi hanya
kegelapan yang Mila dapatkan, dia berada di suatu ruangan yang sangat gelap dan
tidak ada cahaya sedikit pun.
“Mama.... papa....” kata Mila ketakutan
“SURPRISE.......” kata
seseorang yang berasal dari belakang. Seketika lampu menyala, Mila membalikkan
badannya ke belakang dan melihat di sekeliling ruangan itu. Betapa kagetnya
Mila melihat Farid, Nayla, mama dan papa serta teman-temannya berada tepat di
belakang Mila.
“Happy Birthday......!!!”
kata Farid dan Nayla sambil tersenyum.
Mila benar-benar bingung dan kaget karena ia lupa bahwa hari ini
adalah hari ulang tahunnya dan dia heran melihat keberadaan Farid dan Nayla
karena sebelumnya kedua sahabatnya itu menjauhi Mila dan tiba-tiba sekarang
mereka berdua mengucapkan selamat ulang tahun ke Mila. Nayla yang memegang kue
ulang tahun mendekati Mila, sedangkan Farid, mama, papa dan teman-teman Mila
menyanyikan lagu Happy Birthday untuk
Mila. Setelah meniup lilin, Nayla langsung memeluk Mila.
“Mil.. maafin aku yah, karena aku udah jahat sama kamu!” kata
Nayla sambil memeluk Mila.
“Iya Nay aku udah maafin kamu kok” ujar Mila memeluk Nayla
“Aku juga minta maaf yah..!” kata Farid
Mila hanya diam menatap Farid, Mila masih membayangkan muka Farid waktu di toko buku yang sangat
cuek beda dengan sekarang yang udah tersenyum lebar ke Mila.
“Gak usah bengong keles.. ngeliat Farid senyum ke kamu,
sebenarnya kemarin-kemarin itu waktu Farid cuekin kamu itu hanya sandiwara...”
jelas Nayla menahan tawa
“Maksud kamu....??”
“Aku, Farid, mama, dan papa kamu berencana ngerjain kamu dengan
cara Farid pura-pura cuek ke kamu trus aku juga ikut-ikutan cuek sama kamu..”
lanjut Nayla
“Jadi selama ini kalian berdua cuma pura-pura..?” tanya Mila
yang masih keheranan.
“Iya Mil.. selama ini aku tuh cuekin kamu cuma pura-pura doang,
mana mungkin sih teman baik aku dari kecil aku cuekin...”ujar Farid
“Apa itu benar Ma.. Pa..??” tanya Mila karena masih belum
percaya
“Iya sayang.. ini semua itu ide Mama kamu” jawab papa Mila
“Maafin mama yah sayang selama ini udah buat kamu menderita,
menangis tiap malam, dan galau setiap hari” kata mama Mila.
“Sekali lagi maafin aku juga yah, Mil..! eh, tapi akting aku
lumayan bagus kan?? Hahahaha....” ujar Nayla menggoda Mila
“Ichhh.... kalian semua nyebelin!” kata mila sambil mencubit
satu persatu orang yang berada di dekatnya.”
Papa, mama Mila, Nayla, dan teman-temannya keluar dari dalam
ruangan menginggalkan Mila dan Farid karena Farid ingin mengatakan sesuatu ke
Mila.
“Mil... sebenarnya dari du..dulu aku itu...” ujar Farid dengan
gugup
“Iyaa.. kamu kenapa?” tanyanya dengan perasaan deg-degan.
“Sebenarnya dari dulu aku itu udah suka sama kamu..” lanjutnya
membuat Mila tambah deg-degan.
“Iya aku tahu kok, kamu itu suka aku sebagai sahabat.” Ujar Mila
“Enggak Mil, maksud aku, aku itu suka kamu melebihi sahabat.
Menurut aku kamu itu orang yang sangat berarti di dalam hidup aku dan aku gak
mau pisah lagi dari kamu, maka dari itu kamu mau gak jadi pendamping hidupku?”’
Mila menunduk, pipinya merah, detak jantungnya berdetak kencang.
“Kamu serius?? Kamu gak bohong kan?” tanya Mila keheranan
“Iya aku serius, tapi kalau kamu gak mau juga gak papa kok, jadi
sahabat aja itu udah cukup bagi aku.”
“Aku mau kok...!” jawab Mila dengan wajah yang tersipu malu
“Mau apa??” tanya Farid membuat Mila semakin malu
“Iyaa.. aku mau jadi pendamping hidup kamu.”
Saat Farid ingin memegang tangan Mila tiba-tiba Nayla, papa, dan
mama Mila datang sambil mengucapkan selamat buat Farid dan Mila..
Semua ini adalah kado terindah yang pernah Mila dapatkan dan
Mila sungguh tidak menyangka semua berakhir dengan bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar