Pelabuhan Hatiku
Ismail
Mentari hangat menyapa pagi
dengan cerah, Aku terbagun dari tidurku jarum jam menunjukkan pukul 07.15.
Bangun kesiangan sudah menjadi rutinitas sebagai bayaran atas rasa kantuk
semalam, aku bergegas mandi lalu memakai seragam, aku keluar dari kamar lalu ke
sekolah.
Aku berjalan menuju
sekolah karena memang jarak antara
rumahku dan sekolah tidak begitu jauh, cukup berjalan 10 menit saja sudah
sampai.
“Assalamualaikum.”Kataku
dengan suara yang pelan sambil mengetuk kecil pintu kelas, terlihat semua murid
sudah duduk dengan rapi dan tenang.
“Waalaikum salam”jawab salam
semua siswa dan guru
“Maa...maaf saya
tee...terlambat lagi, Bu’”kataku sambil berjalan mendekati Ibu Ani yang
kelihatannya sangat marah atas keterlambatanku untuk kesekian kalinya.
“Dasar!”ujar ibu ani dengan
tegas “Kamu tahu kan hukumannya?”lanjutnya.
Aku harus ke luar kelas lalu
berdiri tepat di tengah lapangan sebagai hukuman atas kesalahanku, perlahan aku
menuju ke lapangan lalu berdiri dengan tegak.
“Mana panas banget lagi”
Kataku
“Ya... sudahlah” Pasrahku.
Dengan senang hati dan namun
sedikit kesal aku jalani hukuman itu di tengah teriknya matahari yang menyinari
Bumi dengan cahayanya yang sangat menusuk pagi yang menjelang siang itu. Menit
demi menit, jam berlalu kini 15 menit lagi hukuman itu berakhir setelah aku
melihat jam di tangan kiriku.
”Sedikit lagi. Semangat!”
kataku menyemangati diriku sendiri.
Aku terus berdiri tegak
keringat di alis dan daguku masih setia mengalir. Perasaanku mulai tidak enak,
kepalaku pusing, penglihatanku sudah agak gelap, dan akhirnya aku tak sadarkan
diri.
Dengan perlahan, kumulai
membuka mataku sekelilingku di balut dengan warna putih, aku mulai ketakutan
ditambah lagi sosok berwarna hitam itu perlahan mendekatiku, aku semakin takut
jangan jangan ini adalah malaikat maut yang bersiap mengantarku. Aku elus
mataku beberapa kali, ternyata aku berada di ruangan UKS, sosok berwarna hitam
itu tak lain adalah penjaga UKS, terlihat di sisi kiriku sudah ada Adi, Mala,
dan Asma. Mereka adalah sahabatku, sejak aku resmi sekolah di kota Bandung,
“Ada apa ini?” Tanyaku
“Tadi kamu pingsan Ill” jawab
Adi menjelaskan.
”Hem” ujarku sembari bangkit
dari tempat tidur UKS lalu mengajak para sahabatku itu untuk kembali ke kelas.
Namun Mala ingin ke kantin
“Ke Kantin aja Dulu, biar aku
yang traktir”sambungnya
****
Di kantin
“Ill,kamu kenapa sih?”tanya
Mala
“Kenapa apanya?”tanyaku
kembali
“Gini deh, tadi kamu dihukum
kenapa kamu sampai pingsan gitu? trus yang kemaren waktu kamu maen Basket
kenapa pingsan juga? Oh iya dan kenapa juga hampir setiap hari kamu datang
terlambat. Iya ngak temen temen?” Tanya Mala begitu serius.
“Iyya.” Ujar Adi dan Asma
mengiyakan
“Ahh, nggak kok. Cuma
kecapean aja” Jawabku simpel.
Ini untuk kesekian kalinya
mereka bertanya seperti itu padaku aku hanya bisa menjawab kalau aku
kecapean,aku mungkin sudah berbohong kepada sahabat sahabatku sendiri,aku tak
ingin mengatakan kondisiku yang sebenarnya.aku takut kalau kelak mereka tau
semuanya mereka menjahuiku dan tak berteman denganku hanya karena aku penyakikitan
persis yang pernah aku alami sejak beberapa tahun silam sejak aku masih sekolah
dasar semua anak menjahuiku hanya karena aku penyakitan padahal penyakit ini
tak sedikitpun mengganggu mereka.aku tak ingin kehilangan sahabat
sahabatku,kehilangan orang aku sayang untuk kesekian kalinya.
****
Hari ini aku sangat ingin ke
Taman,tempat di mana aku dan Kak Annisa menceritakan tentang ayah dan
ibuku,menceritakan pengalaman pengalaman kakak yang begitu penuh
perjuangan,tempat dimana aku dan kakak biasa menghabiskan waktu
bersama,terkadang aku sangat merindukan kakak,merindukan semua tentangnya,taman
ini,bahkan bangku ini tempat di mana aku dan kakak sering duduk bersama
menyaksikan bunga bunga sedang bermekaran,tempat dimana aku sering menyandarkan
kepalaku di pundak kakak,hanya tempat inilah seakan akan menjadi saksi bisu
kenanganku bersama kak Annisa.Hidup ini memang begitu menyedihkan,terkadang
rasa takut,rasa patah semangat sering menggrogoti hati ini.ini begitu
sakit,namun aku selalu mengingat dan meneladani sikap kakak ia tak ingin
menampilkan kesedihan kepada orang lain,ia selalu tegar,sabar dan selalu ikhlas
menjalani apa yang ada walau cobaan dan ujian pasti tak dapat di pungkiri,namun
kakak begitu yakin,setiap cobaan dan ujian di titipkan Tuhan selalu ada tempat
untuk kita bahagia di kemudian.Mataku berkaca kaca mengingat semua kenangan
itu,sebatang bunga yang kuhirup sedari tadi seolah olah mengerti akan
kesedihanku,baru beberapa lama aku memetiknya kini bunga itu agak layu.Namun
pesan dari kakak selalu ku ingat ‘hidup boleh pahit tapi tidak dengan senyum’.
Butiran bening di sudut sudut mataku sepertinya mulai berjatuhan,aku tak kuasa mengingat semua kenangan yang indah
bersama kakak .Aku beranjak dari tempat itu,bermaksud untuk pulang,di
perjalanan,aku tak sengaja menubruk seorang gadisk
“aawww” ujarnya
“maaf,yah.maaf,aku gk
sengaja.”kataku kepada gadisk yang berjilbab warna pink cerah itu,aku menapnya
pelan tapi pasti
“gaa,gak papa
kok”ujarnya lagi
“maaf yah,kamu gk papa kan?”kataku penuh bersalah
“gk papa.gak usah ngerasa
bersalah seperti itu.Oh iya,Aku Umma. nama kamu siapa?”Tanya nya
“aku ill”jawabku
“em,kamu habis nangis yah”
“enggak kok.apa sih?”ujarku semabari menghapus air mata yang hampir
kering di sudut mataku itu.
aku tak mengerti,kenapa
jantung ini berdetak begitu kencang saat bersama dengan Umma,padahal aku baru
bertemu dengannya “Apa aku menyukainya?apa aku jatuh cinta padanya?”pertanyaan
itu begitu terdengar dengan jelas yang entah arahnya dari mana.
“kok bengong?”kata Umma sambil melambaikan lima jari tepat di
wajahku
“ak,gak papa kok”jawabku
“aku duluan yah?.Bye”ujarnya pergi meninggalkanku
Sejak pertemuan
itu,dirumah aku selalu kefikiran dengannya,tadi siang kali pertama aku berjumpa
dengannya,tapi kenapa aku terasa begitu akrab dengannya,kenapa aku ingin selalu
berbincang dengannya.Aku tak menyangka kenapa bayang bayang Umma,tak bisa
meleset dari ingatanku,fikiran ini memang sangat menggangguku.Malam ini aku
ingin ke Toko tempat dimana aku bekerja pada malam hari,tempat dimana kakak
Annisa juga pernah bekerja di sini,tempat sumber nafkah penghidupku
sekarang.Kadang toko ini baru tutup minimal jam 2.itu sebabnya aku sering
kesiangan dan terlambat datang kesekolah.
Keesokan harinya,aku ingin ke
Taman lagi,aku bermaksud ingin bertemu dengan Umma lagi,namun tak ada yang
kutemui semuanya sunyi senyap dan hanya suara bunga bunga yang bergerak ditiup
angin, udara sekarang memang agak dingin, bunga dandelion terbang meninggalkan
batangnya ”Malang sekali nasib bunga dandelion itu.Namun aku salut, dia tetap
kuat, ikhlas dan tetap hidup dan tumbuh banyak lagi,karena mungkin ia selalu
bersyukur atas hidupnya”. Aku memang begitu mengagumi bunga dandelion itu.
mungkin hampir seperi inilah hidupku dan hidupnya. Kupetik sebatang bunga dandelion
itu, tanpa kutiup aku tak ingin jika ia harus berpisah dengan batangnya,namun
angin telah mengubah tekatku, bunga dandelion itu terbang bebas terhempas
angin,dan berjatuhan di tanah. Aku pergi meninggalkan taman itu, rasa kecewa
memang sedikit tumbuh di hatiku karena tidak bertemu dengan Umma
Malamnya aku ke Toko untuk
berjaga, di Toko itu aku memikirkan Umma. Di tengah lamunan ini, seseorang
mengejutkanku,
“Kak,saya beli buku ini” kata
pelanggan yang ingin membeli buku.ternyata dia Umma.
”Umma?” tanyaku
“Eh, Ill. ngapain disini” tanyanya kembali
“jaga Toko” Ujarku, aku
mencatat buku yang dibeli Umma, karena setiap barang yang dibeli harus aku
catat semuanya “mengenal penyakit yang menyerang darah” itu buku yang dibeli
Umma. Aku tak menyangka aku bisa bertemu dengannya,namun tak sempat untuk
mengobrol lebih lama karena malam itu banyak pelanggan yang harus dilayani.
Keesokan harinya
disekolah,aku menceritakan tentang sosok yang ku kagumi selama ini kepada
sahabatku namun aku tak mengatakan kalau itu adalah Umma.
Kring....kring....kring bel
berbunyi menunjukkan jam pelajaran pertama di mulai.Ibu wali kelas masuk di
ikuti seorang gadis sepertinya itu murid baru, aku tidak fokus kepada murid
baru itu.”Perkenalkan nama saya Umma,. Aku tersungkap kaget, Aku fokuskan
mataku kepada murid itu ternyata dia Umma.setelah memperkenalkan diri,Umma
duduk disamping Uppi Salah satu siswa terpintar dan terkenal karena parasnya.
“Dia cantik yah?”tanya Adi
padaku
Aku hanya senyum mendengan
pernyataan Adi.
****
Diruang perpustakaan, kami
cerita tentang Umma, aku begitu kaget ketika mendengar pernyataan Adi “kira
kira, dia mau gak yah jadi pacarku?” ungkap Adi, aku hanya diam seribu bahasa,
ini begitu sulit bagiku Adi sahabat baikku menyukai Umma,Yang tak lain adalah
gadis yang aku juga suka, aku jatuh cinta padanya sejak pandang pertama di
Taman Kemarin,”Apa aku harus merelakan Umma kepada Adi? Tapi apa aku bisa? lalu
bagaimana denganku? apa aku harus mengalah demi sahabatku?” pertanyaan itu
sepertinya telah bersemayanm dipikirku, aku tak habis pikir kenapa bisa Adi
harus suka kepada Umma, kenapa harus Umma? Aku pergi dari ruangan itu,” aku
toilet dulu yah?” ujarku beberapa langkah meninggalkan ruangan itu.
****
“Umma, Aku menunggumu di
Taman, ada sesuatu yang ingin aku ceritain sama kamu. temuin aku nanti sepulang
sekolah. Adi” begitu selembar surat yang ditulis Adi untuk Umma di Mading.
Surat itu sudah dikerumuni semua siswa sejak tadi. Aku, Adi, Mala, dan Asma
yang berdiri agak dekat, memperhatikan semua murid yang membaca surat itu,
perlahan Umma mendekat dengan diantar dengan Uppi, dia mendekat dan hanya
tersenyum membaca surat itu.
”Sepertinya dia akan datang”
Ujar Asma
“Iya” Ungkap Mala mengiyakan.
“Ya Tuhan...Apa ini? Apa aku
sanggup” batinku sambil mengelus dadaku
Kring...kring...kring bel
berbunyi tanda masuk, aku, Adi, Mala, dan Asma masuk ke kelas, menit demi menit
berputar kini saatnya pulang.
“Di, Gimana, apa kamu siap?”
Tanya Asma pada Adi.
“So, pasti” Ungkap Adit
beranjak dari kursi meinggalkan ruang kelas.ia sangat bersemangat dan percaya
diri. Ia benar benar akan menembak Umma. Sedang aku masih terkujur kaku
***
Di taman sekolah.
Adi berdiri di bangku salah
satu taman itu, dia menunggu kehadiran Umma. Tak begitu lama ia menunggu kini
Umma telah hadir menemui Adi. aku, Mala, dan Asma memperhatikan mereka berdua
di balik semak belukar yang tak jauh dari tempat mereka
“Kamu memanggilku kemari?Ada
Apa?” Tanya Umma
“Um, aku suka sama kamu aku
cinta sama kamu aku ingin kamu menjadi pacar aku” Ungkap Adi to the point.
Umma diam, sepertinya dia
menolak Adi “di, maaf yah, aku ...aku...”
“Ya udah...gak papa kok,” potong Adi pada
Ucapan Umma
“Aku mau kok Di,Aku mau jadi pacar kamu.”
Anak anak yang sedari tadi
meperhatikan Adi dan Umma sangat bahagia,”kenapa aku gak ikut bahagiah
yah?”mereka kan sahabat Aku?”Bathinku
Aku tidak kuat melihat masa
masa itu,masa dimana Adi sahabatku sendiri menyatakannya kepada orang yang juga
aku kasihi.masa dimana Adi menembak Umma dengan penuh dramatis itu,mulai detik
itu aku harus melepas Umma, membiarkannya ke pelukan Adi. aku sungguh tak
percaya,akan seperti ini, mataku mulai berkaca kaca, aku sungguh tidak
kuat,badanku melemah,tempurung lutut ku sepertinya mau copot, melangkahpun
sangat sulit bagiku, sepertinya aku berubah menjadi seorang cowok yang sangat
cengeng.
”Samperin mereka yuk”Ajak
Asma
“ayukk...”setuju mala.
“Sorry, perut aku sakit aku
harus pulang sekarang” Maafkan aku Hatiku, kali ini aku membuatmu terluka lagi,
kataku sambil mengelus dadaku lalu pergi
meninggalkan Mala dan Asma, menyaksikan kebersamaan Umma dan Adi dari kejahuan
seperti ini sangat membuatku sakit, apalagi harus mendekap padanya.
“Ciee...ciee...” ujar Mala
dan Asma.
”Loh, Ill mana?” tanya Adi
“Oh,dia mules,jadi pulang
duluan”
“Em,ke tempat biasa yuk. aku
yang traktir”kata Adi
Awan mulai menghitam, butiran
bening dari langit itu perlahan mulai membasahi Bumi ia seolah olah bagaimana
perasaanku, Aku pergi meninggalkan Taman itu dengan penuh rasa kecewa.
****
Malam ini aku tidak menjaga
ke Toko karena hujan ***turururutt...tururutt... getar handphoneku di atas
meja, aku mengambilnya dan mengangkat telepon itu, ternyata bos aku dari Toko
buku.
“Halo,Assalamualaikum?”salamnya
“Yah, walaikum salam pak, ada apa yah?”tanyaku
”Ill, Toko akan tutup, maaf
Bapak tidak lagi bisa menggaji para pegawai ditambah lagi hutang toko begitu
besar di bank. maaf yah Ill?” Tutur bapak
“Oh iyya, pak gak papa kok”
Ujarku pada pak Bos.
”Ya Tuhan, cobaan apa lagi
ini? ini satu satunya pekerjaan yang bisa aku kerja, bagaimana aku bisa
mendapatka uang dan membayar sekolah? ya Tuhan...”Bathinku
*****
Di sekolah, Adi dan Umma bagaikan pasangan sempurna, Dimana ada
Umma, selalu ada Adi menemaninya,begitu juga sebaliknya. Mereka sangat
berbahagia,sedang aku di Bakar Api cemburu, aku masih belum bisa melepas Umma,
Namun demi Adi Sahabatku dan Demi kebahagian Mereka apapun aku lakukan walau
hati ini taruhannya, terkadang memang kita harus melepas orang yang kita cinta,
bukan berarti kita tidak mencintainya melainkan kita terlalu mencintainya
sehingga kita melepasnya bersama yang lainnya terutama kepada Sahabat
Siang itu aku bermaksud untuk mencari kerja di Toko lain, namun
banyak Toko yang kusinggahi kota Bandung tak bisa menerima pegawai yang masih
pelajar, ini memang sedikit membuatku sedih namun tak membuatku patah semangat
aku terus berusah hingga aku melamar kerja di sebuah cafe, aku memaksakan diri
untuk menjadi penyanyi di cafe itu, aku tak punya pilihan lain, walaupun
sebelumya aku tak pernah memnyanyi,namun mau di apa lagi,aku harus berusaha.
Malam ini malam pertamaku untuk bekerja di cafe itu, sebelumnya aku tak sempat
latihan dirumah, Atasan memintaku untuk haadir lebih cepat. Di pintu, cafe
Atasan telah menungguku, ia mengantarku ke Panggung, Tiga anak tangga berhasil
aku lewati, Aku menuju ke tengah tengah panggung disana ada Mike yang sudah
stand bye, malam ini di cafe sangat ramai semua tempat duduk telah terisi, Aku
mulai menyanyi
And In Enother life, I would be you boy,
We’d keep all our promises
Be “us” against the world
And in another life,i would make you stay
So i don’t have to say
You where the one that got away
One that got away
Lirik demi lirik aku menyanyi lagu ini dengan penuh perasaan,
setelah selesai para penonton bertepuk tangan,bahkan salah satu di antara
mereka memuji suaraku
Pernah suatu hari, aku bekerja di cafe,di salah satu
bangku, terlihat Umma dan Adi,Malam ini aku merasa malam yang paling
menyedihkan bagiku, dimana aku menghibur pelanggan, yang tak lain adalah
Sahabatku Adi bersama Umma orang aku cintai Pula, Malam ini Atasan memintaku
untuk berpuisi karena sebelumnya aku mengatakan kalau aku bisa berpuisi
Bertemu denganmu kemarin senja
Rasa ini telah ada untukmu
Menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya
Namun Waktu berkata lain
Ku terlalu menunda semuanya
Hingga akhirnya kau dirampas dariku
Membuat hatiku terhempas kejamnya badai malam
Menyisakan luka di dalam jiwa
Ku masih terdiam kaku
Diam seribu bahasa yang ku lakukan
Menjadi penonton setia dalam kebersamaan indah kalian
Biarlah,kau pergi bersama dengannya
Walau ku rasa semua tak seperti ini
Tapi aku yakin masih ada setitik cahaya
Untuk menyinari gelapnya hati
Memberi pujian atas diri sendiri
Tersenyum dengan yang ada
Hingga aku dapat kembali di dunia yang lebih indah”
Bait demi bait aku membaca puisi itu, namun sepertinya malam ini aku
membawakannya dengan penuh perasaan dibandingkan aku menyanyi pada hari hari
sebelumnya, aku tak mengerti ada apa malam ini.Umma yang duduk membelakangiku
berbalik ke belakang, Ia tersenyum padaku Aku membalas senyumannya walau saat
itu senyuman yang ku berikan sepertinya terpaksa,
Di sekolah, aku sedang duduk bersama Umma di taman sekolah,
sudah lama rasanya aku menginginkan masa ini,rasanya penat dihatiku sudah agak
ringan, aku menatap Umma begitu dalam, Matanya yang Indah yang bersinar sinar,
mengingatkanku pada seseorang
****
“Ill, aku harus pergi, di sana aku akan melanjutka sekolahku, ill
aku tak akan pergi lama, aku tetap pacarmu,pacar akan selalu merindukanmu, Ill
ini memang begitu berat.aku tak bisa jauh dari kamu tapi aku juga harus ikut
bersama orang tuaku. maafkanaku ill aku harus pergi” Ia melepas pelukanku dan
melepas tanganku, perlahan melangkah menjauh dariku...”
Aku mulai mengingat beberapa tahun lalu aku pernah berpacaran dengan
seorang Gadis, sejak berpacaran dengannya aku merasa hidupku lebih berwarna
akan hadirnya di hidupku, namun Dia pergi meninggalkannku, orang tuanya pindah
berdinas di Palembang, sejak kepergiannya aku tak pernah lagi bertemu
dengannya, bertemu Putri, Pacar pertama yang sangat aku rundukan,aku sangat
merindukan suaranya apalagi senyuman yang selalu terurai manis di wajahnya. Hanya kalung
liontin yang menjadi kenangan bersama Putri,Kalung itu masih aku simpan dengan
baik dan selalu aku pakai, aku memegang huruf “P” sedang ia “I” itu adalah
unisial nama kita masing masing,
“Putri”ujarku
“Hello”tak kuduga ternyata sedari tadi Umma melambaikan tangan di
wajahku namun aku tidak nyadar pula.
Tiba tiba Adi, Mala, Asma Datang.
Siang itu kami bercanda ria ria bersama.
Hari ini aku kerumah sakit untuk mengontrol kesehatan,kata dokter
kesehatanku mengalami penurunan di bandingkan bulan sebelumnya. Dokter hanya
menyarankan kalau aku tak boleh banyak pikiran.
Sorak sorai atas kemenangan sebuah pertandingan basket tedengar riuh
bersemangat,tapi sayangnya kemenangan itu bukan dari Team sekolahku melainkan
dari Team lawan dengan skor yang sangat jauh 52-30. Itu semua mungkin karena
aku tidak becus dan terlalu lemah menjadi kapten basket sekolahan. Rasa kecewa
dan patah semangat serta bersalah selalu menghantuiku, seandainya bukan karena
aku, pasti kekalahan yang mencoreng nama biaik sekolah favorit itu tidak akan
terjadi.
Sejak kekalahan itu,kesehatanku semakin menurun mungkin karena aku
terlalu memikirkan semuanya, memikirkan Adi, memikirkan Umma, di tambah lagi
aku mendapat surat rekomendasi sekolah yang menyatakan jabatanku jadi ketua
OSIS dan kapten basket di turunkan, aku tak habis fikir kanapa Tuhan begitu
mengujiku,menurut kata dokter yang menanganiku gejala gejala pendarahan pada
otak telah terjadi padaku, tak ada yang bisa ku perbuat,aku tak punya siapa
siapa hanya kesabaranlah yang kuandalkan untuk semua ini.
Diruang perpustakaan aku berkumpul bersama para sahabatku,canda tawa
dan ria menghiasi persahabatan yang begitu erat ini,aku menatap Umma begitu
tajam ia menggunakan kalung itu,kalung kenang kenanganku bersama dengan Putra.
Aku mengajak Umma keluar dari ruang perpus,aku menarik lengannya dan
mengajaknya ke taman.
“Bisa aku melihat kalungmu?” pintaku kepada umma sembari menunjuk
kalung yang ada dilehernya itu ia pun membukanya lalu memberikannya padaku.
Ku pegang kalung itu,kuperhatikan baik baik kalung itu mulai
mengingatkanku tentang sosok gadis kecil yang pernah memperlihatkannya padaku
beberapa tahun silam.kalung ini benar milik Putri cinta pertamaku,tapi kenapa
ada pada Umma?
“dari mana kau mendapatkannya?”tanyaku begitu serius
“Kenapa?”herannya
“Kalung ini?”Igauku
“yah,kalung ini kenapa?”Herannya lagi
Kulepas kalung yang ada di leherku kedua duanya kucium,baunya sama
dan teksturnya sama,kalung ini hanya ada dua,dibuat dengan bahan dasar yang
khusus.yang Putri buat hanya untuk ku dan untuknya
“Dari mana kau mendapatkannya?Kalung ini milik Putri”tanyaku sembali
menatapnya begitu dalam
“Kalung ini...kalung ini milik sahabatku Putri”Ujar Umma
“bisa kau menceritakannya pada ku?”pintaku dengan penuh harap.
“Kalung ini aku dapatkan dari sahabatku Putri namanya sejak bebepa
tahun silam,waktu itu aku masih bukan
seperti sekarang,waktu itu aku masih belum melihat indahnya dunia,waktu masih
menggunakan tongkat,Yah..aku buta waktu itu,namun sejak kahadirannya,ia telah
membawa banyak perubahan di hidupku membuatku lebih bahagia akan dirinya,dia
mengidap kanker darah,hidupnya hanyalah tingal beberapa hari,namun ia ingin di
kehidupannya yang terbatas ia masih bisa bermanfaat bagi orang lain,ia
menyumbangkan kornea matanya untukku,ia berharap kelak kalau ia telah tiada ia
masih bisa melihat indahnya dunia melihat senyuman kekasihnya.bertahun tahun
aku mencarinya namun aku tak menemukannya,aku sangat sayang kepada sahabatku
itu aku tak mengerti kenapa Tuhan memberi hidup yang berat untuk orang baik
seperti dia.” Jelas Umma dengan tetesan air mata
“Apa Dia Putri?apa dia sering menyebut dirinya bunga Dandelion?Apa
Dia memintamu untuk mencari Putra Dandelinnya?”Tuturku dengan pilu
“Kenapa kamu tau?”herannya
Aku terdiam. Tak kusangka hidup Putri seperti itu, Dulu dia begitu
kuat,tegar menjalani hidupnya bisa punya hidup menyedihkan seperti itu. Dia
pernah bilang kepadaku dia hanya pergi untuk sesaat, dia hanya ikut bersama
ayahnya ternyata Putri.Tapi ternyata....
Kini baru aku menegerti kenapa setiap ku bersama Umma setiap ku
Menatap Umma aku merasa selalu diperhatikan oleh Putri, ternyata mata yang ada
pada diri Umma itu selapis korne milik Putri
“Dia dimakhamkan di perkuburan tak jauh dari sekolah ini” Tutur Umma
“antar aku kesana” Pintaku
Umma mengantarku ke pemakaman itu,sesaat kami tiba batu nisan yang
bertuliskan ‘Putri Anggraeni’
“Apa ini nyata? ini hanya mimpikan? Putri, bertahun tahun aku
menunggumu, merindukan kehadiranmu, bukan kah kita telah berjanji kita akan
penuhi janji kita untuk hidup dan menghabiskan waktu bersama?” tuturku dengan
haru. Aku yang duduk tepat di sebelah kiri batu nisan putri terus memperhatikannya.
Tetes air mata sedari tadi membasahi pipiku semakin deras. Tak pernah aku
berpikir Putri akan menyembunyikan tentang sakitnya itu padahal ia juga tidak
tau kalau aku juga punya kelainan darah sama sepertinya. Aku terus menangis
sejadi jadinya memeluk Nisan Putri. Hingga semua sahabatku datang menyaksikanku
dan mereka mencoba menenangkanku.
Aku berubah menjadi sosok bening yang diantar bersama dua orang
untuk kesuatu tampat entah itu kemana, dugaan tak lain yakni good bye duniaku,
good bye kawan kawan dan sahabat terbaikku. Maaf tidak bisa tinggal lebih lama
bersama kalian.
Disisi lain aku bersedih karena harus berpisah dengan semua
sahabatku namun disisi lain pula aku bahagia bisa bertemu dengan Putri dan Kak
Annisa.
Hidup sesingkat ini aku dapatkan dengan jutaan bagaimana arti sebuah
kehidupan yang belum tentu aku dapatkan dari penjalanan yang begitu panjang.
Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar